Ilustrasi |
”
أَلا وإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسَدُ
كُلُّهُ وإذَا فَسَدَت فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ أَلا
وَهيَ القَلْبُ.“ رواه
البخاري ومسلم.
Artinya :
“Ketahuilah,
sesungguhnya dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal
daging itu baik, maka akan baik seluruh tubuh manusia, dan jika segumpal
daging itu buruk, maka akan buruk seluruh tubuh manusia, ketahuilah
bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keterangan :
Pesan yang disampaikan Rasulullah Saw
melalui hadits tersebut adalah posisi hati sebagai raja dalam pencaruran
kehidupan seseorang. Sebagai raja, ia memiliki kuasa penuh untuk mengomando
seluruh anggota tubuh agar mengikuti perintahnya.
Tidak ada satupun anggota
tubuh yang berani membantah atau melawan intruksi yang dikeluarkan oleh hati.
Kalu sang raja budiman, tentunya gerak seluruh anggita menjadi lurus dan
terkontrol. Sebaliknya, kalau sang raja zalim, jelas pergerakan anggota tubuh
menjurus pada tingkah pola yang tidak dibenarkan oleh agama dan norma norma sosial.
Segenap perbuatan manusia berawal dari hati.
Dari hati kemudian mengalir ke seluruh tubuh. Makanya, sangat tepat kalau
wasiat Rasulullah Saw ini diutarakan kepada para pemuda. Para pemuda sebagai tunas bangsa memiliki gejolak
hati yang cepat bereaksi terhadap segala sesuatu yang tertangkap oleh indranya.
Setiap kenyataan yang terkembang di delan mata
senantiasa direspon secara berlebihan oleh hati. Belum ada kontrol yang
baik terhadap hati. Padahal, hati adalah poros seluruh pergerakan tubuh.
Dengan demikian perlu pembenahan dan
penataan hati. Atau kalau meminjam istilah yang populer belakangan in adalah
perlu adanya . Dengan manajemen kalbu, setiap suara dan gejolak
bisa terdeteksi dan cepat diantisipasi. Pergerakan anggota tubuh pun bisa dikendalikan
dengan tepat.
No comments:
Post a Comment