Ilustrasi |
مَنْ
طَلَبَ الْعِلْمَ يُبَاهِي بِهِ الْعُلَمَاءَ ، أَوْ يُمَارِي بِهِ
السُّفَهَاءَ ، أَوْ يَصْرِفُ أَعْيُنَ النَّاسِ إِلَيْهِ ، تَبَوَّأَ
مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa menuntut ilmu hanya ingin digelari ulama, untuk berdebat dengan orang bodoh, supaya dipandang manusia, maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Hakim dalam Mustadroknya)
Keterangan
Sesungguhnya sangat banyak keunggulan ilmu dibandingkan
harta. Hal ini pernah dikemukakan dalam sebuah riwayat. Imam Ali mengutarakan
bahwa jika ilmu dibagikan maka ia tidak akan penah habis bahkan terus
bertambah, berbeda dengan harta.
Ilmu akan menjaga seseorang, sebaliknya harta
harus dijaga. Dua kelebihan ini sudah cukup sebagai alasan bagi kita untuk
menginngatkan diri supaya giat menunutut ilmu.
Lebih khusus, yang disinggung
dalam konteks ini adalah para pemuda yang masih sangat bugar.
Begitu agungnya derajat ilmu sehingga setiap orang yang
mempelajarinya juga terdongkrak naik kedudukannya. Bahkan dalam sebuah riwayat
disebutkan, tidurnya orang berilmu itu lebih mulia dibanding ibadahnya orang
tidak berilmu. Sebuah perbandingan yang sungguh tidak seimbang.
Namun perlu dipahami, dalam menuntut ilmu, setiap orang
harus memperhatikan rambu rambu yang telah dipancangkan oleh Rasulullah Saw. Keberadaan
rambu rambu ini sangat penting guna mengatur lalu lintas niat seseorang ketika
menuntut ilmu. Sudah seharusnya, setiap penuntut ilmu menata niatnya. Karena
niat hati penuntut ialah ibarat titian yang sanagt tipis. Artinya kalau sedikit
saja niatnya tidak lurus, jangan harab bisa memanjat tangga kemuliyaan.
Niat pertama yang harus tertancap dalam sanubarinya adalah
menuntut ilmu semata mata untuk menggapai ridha Allah. Selanjutnya, dia
meneguhkan tekad bahwa dengan ilmu itu dia ingin memujutkan kemaslahatan bagi
umt manusia secara keseluruhan.
Kalaupun ada pamrih duniawi dan ini sangat
manusiawi jangan pernah posisi tersebut melampaui niat mencari ridha Allah dan
memujutkan kemaslahatan.
No comments:
Post a Comment